Mengetahui Kisah Pemilik Kebun dalam Surat Al qalam

Suat ke 68 dalam kitab Suci Al-Quran adalah, Al qalam. Surat yang tergolong surat Makiyyah ini, terdiri dari 52 ayat. Surat Al qalam berisi bantahan yang dilakukan ora musyrikin terhadap Rasulullah, tidak hanya itu, surat ini pun mengajak umatnya kedalam kebagikan melalui sebuah kisah pemilik kebun dalam ujian Allah SWT. Mari kita simak kisahnya, dan mengulik hikmah dibalik cerita pemilik kebun tersebut.

Al Qalam Berarti Pena

Nama surat ini diambil dari kata Al- Qalam, yang memiliki arti “pena”. Surat ini pun dinamai dengan surat Nun, diambil dari perkataan “Nun” yang teradpat pada ayar pertama. Konteks pengajaran dalam surat ini adalah, menegaskan bahwa hanya  Allah SWT yang mengajar manusia dengan Pena. Menurut pakar, Pena yang dimaksut merupakan tulisan atau wahyu.

Secara simbolis Qalam adalah instrument penciptaan, sebuah eksistensi di atas lauh atau lempengan kosmik. Artinya, Qalam melambangkan sebuah penulisan nasib seseorang di atas lempengan takdir. Surat ini turun ketika orang kafir Quraisy mengatakan bahwa Nabi saw adalah orang gila, pada ayat Al qalam membantah tuduhan tersebut.

Allah  SWT bersumpah dengan Qalam, ketika orang kafir menuliskan hal yang salah tentang Nabi saw. Demikian Allah SWT pun mengabadikannya dalam Al-quran ayat pertama surat Al qalam yang mengatakan, demi Pena dan apa yang mereka tuliskan. Dalam pengertian Pena, berarti hendaknya umat di bumi ini memperhatikan pelajaran dari-Nya dan mengakui ke esaan Allah.

Pokok Isi dari Al Qalam

Terdapat 5 pokok yang terkandung dalam surat ini, yang seluruhnya mengajarkan tentang kebenaran Allah, serta menegaskan tentang penciptaan dan takdir. Jika anda mendengarkan surat ini melalui mp3 surat Al qalam atau melalui sebuah kaset, maka anda akan menemukan sebuah ketegasan Allah yang mengatakan bahwa Muhammad bukanlah orang gila.

Kandungan ini terdapat pada ayar pertama hingga ayat ke 7, kala itu para kafir quraisy menuduh Nabi menjadi orang gila hingga menyebutnya sebagai setan. Turunnya ayat ini mempertegas bahwa Muhammad saw bukanlah orang yang gila, melainkan manusia yang berbudi pekerti yang agung.

Selanjutnya pada ayat ke 8 hingga ke 16, berisi tentang larangan mentaati orang yang mendustakan kebenaran. Dalam arti ini, Allah SWT menjawab semua keraguan yang dilimpahkan kepada Nabi Muhammad saw. Dengan turunnya ayat ini, maka para umat muslim kala itu pun dapat dengan yakin mengikuti ajaran Nabi.

Selanjutnya pada ayat ke 17 hingga 33, mengisahkan tentang nasib yang dialami para pemilik kebun yang diuji oleh Allah SWT. Para pemilik kebun tersebut dijadikan sebuah contoh orang yang tidak bersyukur terhadap nikmat Allah. Maka melalui ayat ini, menggambarkan seluruh takdir yang akan didapatkan.

Pada surat Al qalam ayat 34 hingga 51, Allah SWT kembali menegaskan bahwa Allah tidak akan menyamakan orang-orang yang baik dengan yang buruk. Dilanjutkan dengan ayat ke 52, yang merupakan sebuah peringatan bagi seluruh umat. Secara umum, surat ini berisi bantahan orang musyrikin terhadap Nabi. Dan orang musrikin beserta pengikutnya, akan mendapat penghinaan pada hari kiamat.

Mempelajari Kisah Pemilik Kebun

Dalam membimbing dan mengajak umatnya menuju kebaikan, seringkali Allah SWT akan menyerunya menggunakan sebuah kisah. Begitu pula dengan surat ini, yang sebagian besarnya mengisahkan tentang para pemilik kebun. Sekelompok pemilik kebun ini diberikan sebuah ujian oleh Allah, ketika bersikap kikir atas karunia-Nya.

Sebagian ulama menganggap kisah para pemilik kebun ini sebagai kisah yang simbolik, namun sebagian menyebutkan bahwa kisah tersebut nyata adanya. Beberapa ulama yang mempercayai bahwa kisah ini nyata, mengatakan bahwa di Yaman terdapat orang tua yang sholeh dan memiliki banyak anak. Tidak hanya itu, orang tua ini pun memiliki harta yang berlimpah dan kebun.

Orang tua ini selalu menyisihkan setiap hasil kebunnya, dan diberikan kepada fakir miskin untuk ikut mencicipi hasilnya. Pemilik kebun yang dikisahkan pada surat ini dikatakan keturunan orang tua tersebut, yang bersumpah untuk memetik seluruh hasil panennya agar tidak dinikmati oleh fakir miskin. Karena kesombongannya, Allah pun menimpakan bencana bagi kebun mereka.

Melalui kata “Kaashshoriim” yang terkandung dalam ayat ke 20, Allah SWT menjadikan kebun itu hitam seperti gelapnya malam atau juga bisa ditafsirkan sebagai punah seperti dipetik seluruhnya. Dan ketika para pemilik kebun mendapati kebun telah hitam kelam, disitulah mereka menyadari kesalahannya. Maka dalam surat Al qalam ayat ke 26, mengatakan bahwa sesungguhnya kita adalah orang yang sesat.

Arti sesat disini adalah, mereka telah salah jalan, dan sesungguhnya kebun tersebut bukanlah kebun mereka. Para pemilik kebun tersebut meyakini diri mereka benar, dan dengan  kesombongannya ingin mengambil seluruh hasil panen dan merendahkan para fakir miskin. Namun sesungguhnya mereka salah, sebuah keinginan untuk menguasai kebun menuntun mereka kepada sebuah bencana yang diberikan oleh Allah SWT.

Dalam Al Quran,  Allah akan selalu mengajak umatnya untuk menuju kebaikan. Entah itu dalam sebuah seruan, maupun sebuah kisah. Contoh kisah dalam surat ini menunjukkan, bahwa sesungguhnya manusia tidak memiliki kekuatan dalam mengatur nikmat yang diberikan-Nya. Anda dapat membaca kisah ini dengan melantunkan Al qalam, dan mengambil pelajaran di balik kisah tersebut.